Dilarang Jualan Selama Piala Dunia U-17, 184 Pedagang di Tiga Shelter Dapat Duit Rp 1 Juta

pedagang di shelter manahan dilarang berjualan selama piala dunia u-17 (foto: solokini/damai kuncoro)

SOLOKINI-Pemerintah Kota Solo menyalurkan kompensasi Rp 1 juta untuk tiap pedagang di tiga shelter yang lokasinya berdekatan dengan venue yang digunakan untuk Piala Dunia u-17. Pedagang di Shelter Manahan, Shelter Kota Barat, dan Shelter Banyuanyar dilarang berjualan selama Piala Dunia u-17.

Kepala Dinas Perdagangan, Heru Sunardi mengatakan Pemkot Solo menggelontorkan Rp 200 juta untuk kompensasi. “Iya, jadi tiap pedagang selama libur itu diberi semacam bantuan ke pedagang, kompensasi,” katanya kepada wartawan, kemarin.

Heru menyebut bantuan uang diberikan untuk 184 pedagang yang terbagi di 3 lokasi. Rinciannya, 143 pedagang di Shelter Manahan, 38 pedagang di Pusat Kuliner Kota Barat dan 3 pedagang di kawasan Lapangan Banyuanyar.

“Kemarin Mas Wali sudah kasih Rp 1 juta. Jadi tiap pedagang selama libur diberikan semacam bantuan lah. Anggaran CSR dari Bank Jateng,” jelasnya.

Seperti diketahui, sejak 25 Oktober para pedagang sudah tidak boleh berjualan Shelter Manahan dan Kotta Barat karena untuk sterilisasi Piala Dunia U-17. Rencananya pedagang di Stadion Manahan dan Kotta Barat mulai tidak beroperasi sejak 25 Oktober sampai 5 Desember.

Selain memberikan kompensasi Rp 1 juta, Pemkot Solo juga mengizinkan para pedagang terdampak menggunakan shelter-shelter kosong yang berada di kawasan Sriwedari selama masa penutupan.

“Kemarin saya tawarkan kalau mau mengisi tempat-tempat kosong kami persilahkan. Lokasinya di Sriwedari. Opsi-opsi tersebut mau dipakai monggo, tidak ya monggo,” ujarnya.

Koko Kuncoro, Ketua Paguyuban Pedagang Shelter Manahan mengungkapkan pada akhir Oktober lalu pedagangn mulai menerima subsidi Rp 1 juta dari pemerintah kota. Ia menyebut, sebelum penyerahan sudah dilakukan pendataan untuk buat rekening di Bank Jateng.

“Uang itu tersebut disalurkan melalui Bank Jateng dan langsung diserahkan pada pedagang di masing-masing lokasi. Semuanya sudah menerima,” terang Koko Kuncoro, kemarin.

Surati, pedagang soto dan rawon bersyukur dan berharap pemerintah kota berkenan memberikan bantuan lain selain kompensasi Rp 1 juta yang sudah disalurkan tersebut. “Seandainya dikasih bantuan lagi ya trimakasih sekali, soalnya pendapatan sehari yang hilang itu antara Rp 300-500 ribu (omzet harian), jadi kalau ada bantuan lain lebih bagus,” curhat Surati.