Apa Itu Julid? Pengertian dan Perspektif Ahli Psikologi

Ilustrasi julid. (Freepik/drobotdean)

Solokini.com, Solo – Istilah julid sudah sangat familiar digunakan masyarakat Indonesia, terutama kaum wanita untuk menggambarkan orang yang nyinyir.

Namun tahukah kamu apa sebenarnya pengertian julid? Dan secara psikologi, mengapa orang bisa julid?

Definisi “Julid” dalam KBBI

Kata julid secara resmi telah masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring yang dikelola oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Menurut KBBI, kata julid berarti bersikap iri hati atau dengki terhadap keberhasilan atau kelebihan orang lain serta suka mencela secara sinis.

Jadi, secara bahasa, julid mengacu pada sikap negatif yang berpangkal dari rasa iri atau dengki, yang kemudian diekspresikan lewat komentar atau perilaku menyindir, mencela, atau meremehkan.

Baca juga : Mengenal Trauma : Luka Psikologis yang Tak Terlihat

Asal Usul dan Perkembangan Istilah Julid

Kata julid awalnya populer sebagai slang di media sosial, terutama di kalangan generasi muda dan komunitas hiburan.

Kata ini merupakan hasil dari pelesetan kata dalam percakapan informal, yang kemudian meluas penggunaannya hingga masuk ke kamus resmi karena digunakan secara luas dan konsisten.

Mengutip Buku Cara Ampuh untuk Abai dan Acuh karya Adhani J. Emha (2020), konon penyanyi Syahrini adalah orang yang pertama kali mempopulerkan istilah julid.

Baca Juga :  Mengenal Trauma : Luka Psikologis yang Tak Terlihat

Julid berasal dari bahasa Sunda yang berarti iri hati atau dengki.

Julid digunakan untuk menggambarkan orang yang nyinyir atau terlalu pedas dalam mengomentari orang lain.

Biasanya, julid dimulai dari keingintahuan yang berlebihan (kepo) yang biasanya terjadi di komunitas-komunitas perempuan yang memang sudah mendapatkan stereotip hobi bergosip.

Baca juga : “Cocote Tonggo” jadi Debut Film Layar Lebar Sahli Himawan di Dunia Perfilman

Perspektif Ahli Psikologi tentang Julid

Para ahli psikologi dan sosiologi melihat julid sebagai bagian dari pola emosi, dinamika sosial, dan ketidakseimbangan harga diri.

Berikut ini perspektif dari beberapa ahli psikologi :

  • Julid sebagai Mekanisme Proyeksi

Dalam psikologi, sikap julid bisa dijelaskan lewat teori proyeksi.

Menurut Sigmund Freud dalam buku The Ego and the Mechanisms of Defence (1936), proyeksi adalah mekanisme pertahanan ego di mana seseorang “memindahkan” perasaan atau keinginan yang tidak diakuinya ke orang lain.

Dalam konteks ini, seseorang yang merasa tidak puas dengan kehidupannya sendiri bisa menyalurkan emosi itu dengan mencela orang lain.

Baca juga : Jadi Alumni SMA Batik 1 Solo, Aktor Ganteng Omar Daniel Promosikan Konser Akasia dengan Bintang Tamu HIVI!

  • Julid dan Kebutuhan Validasi Sosial
Baca Juga :  Mengenal Trauma : Luka Psikologis yang Tak Terlihat

Psikolog sosial seperti Leon Festinger di buku A Theory of Social Comparison Processes (1954) menjelaskan dalam social comparison theory, orang cenderung menilai dirinya dengan membandingkan diri dengan orang lain.

Jika merasa kalah dalam perbandingan itu, seseorang mungkin merasa perlu “menurunkan” nilai orang lain dengan komentar sinis agar dirinya tetap merasa setara atau lebih baik.

  • Julid dan Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional)

Mengutip buku Emotional Intelligence (1995) karya Daniel Goleman, orang yang kurang memiliki empati dan regulasi emosi cenderung menyampaikan komentar menyakitkan tanpa menyadari dampaknya.

Dalam kasus ini, terlihat pada individu yang menyampaikan kritik secara sinis, tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain.

Baca juga : Tragedi Christiano Ronaldo di Euro 2024, Mengapa Dia Menangis?

  • Julid dalam Konteks Budaya Populer

Sosiolog dan antropolog melihat julid juga sebagai bagian dari fenomena komunikasi pasif-agresif dalam masyarakat urban.

Di mana tekanan sosial dan kompetisi terselubung (terutama antarperempuan dalam budaya patriarkal) mendorong munculnya komentar-komentar sinis yang dibungkus dalam bentuk “sindiran halus”.

Kesimpulan

Julid adalah bentuk sikap negatif yang muncul dari rasa iri, dengki, atau tidak puas dengan diri sendiri, dan diekspresikan melalui komentar sinis terhadap orang lain.

Berita sebelumyaDuh, Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah World Abilitysports Games 2025
Berita berikutnyaKAI Wilayah 6 Yogyakarta Catat Pengguna Commuter Line Naik 51% Januari-Mei 2025