
Solokini.com – Band legendaris Slank selalu punya cara unik menyampaikan kritik sosial, salah satunya lewat lagu ikonik “Bang Bang Tut.”
Sepintas, judul lagu dari album Minoritas (1996) ini terdengar seperti lagu permainan anak-anak Betawi.
Namun, di balik rima sederhana dan ritme rock yang enerjik, lirik ini menyimpan sindiran tajam tentang kemunafikan, pengkhianatan, dan hukum karma yang berlaku di masyarakat, bahkan di lingkaran kekuasaan.
Mari kita bedah dengan analisis semiotik, tanda dan makna tersembunyi dari lagu yang sempat menjadi anthem demonstrasi mahasiswa di tahun 1998 ini.
‘Kentut’ sebagai Simbol Aib yang Tak Terhindarkan
Inti dari lagu ini terletak pada baris “Bang bang tut akar gulang-galing, Siapa yang kentut ditembak raja maling.”
Denotasi (makna harfiah) “kentut” adalah gas yang keluar dan menimbulkan bau.
Konotasi (makna tersirat) “kentut” dalam lirik ini adalah simbol paling lugas untuk kesalahan, kebohongan, atau aib yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Sebesar apapun upaya untuk menutupinya, baunya (dampaknya, gosipnya, atau reputasi buruknya) pasti akan tercium dan diketahui orang banyak.
Menariknya, yang menghukum si ‘kentut’ adalah “raja maling.” Ini adalah sindiran balik yang ironis, yang mengecam atau memberi hukuman justru adalah pihak yang secara moral atau hukum lebih bobrok.
Slank seolah menunjuk fenomena di mana orang yang paling korup atau munafiklah yang paling kencang berteriak tentang moralitas.
Peringatan Keras Lewat Peribahasa
Slank sangat cerdas menggunakan peribahasa populer sebagai jalan pintas untuk menyampaikan kritik. Ini membuat pesannya langsung mengena tanpa perlu bertele-tele.
Baris lirik “Ada udang di balik-balik batu” untuk menyindir orang-orang yang mendekat dengan wajah manis (“Bikin hati senang”) padahal punya motif tersembunyi (agenda kotor atau niat buruk) untuk memanfaatkan.
Baris lirik “Musuh dalam selimut sama juga maling” untuk menyampaikan peringatan keras tentang pengkhianatan.
Bahwa bahaya terbesar justru datang dari orang yang kita anggap sahabat atau orang terdekat. Dalam konteks sosial, ini bisa berarti oknum-oknum di dalam sistem yang merusak dari dalam.
Pada baris lirik “Lempar-lempar batu lalu sembunyi tangan”, mengkritik kepengecutan dan ketidakbertanggungjawaban. Mereka yang berani berbuat curang atau menimbulkan masalah, tapi langsung kabur dan “buang badan” saat harus menghadapi konsekuensi.
Hukum Karma yang Pasti Berlaku
Pada akhirnya, pesan moral terkuat Slank dirangkum dalam satu peribahasa paling populer, “Sepandai tupai lompat akhirnya jatuh juga,” yang diikuti dengan “Belagak sahabat pasti ketahuan belangnya.”
Lirik ini menjadi penutup yang menenangkan sekaligus tegas.
Seolah-olah Slank ingin mengatakan, meskipun kebohongan dan kemunafikan tampak hebat dan tak tersentuh (seperti tupai melompat), waktu akan membuktikan bahwa segala kejahatan pasti ada batasnya dan akan terbongkar. Kebenaran adalah kepastian.
Kritik Rakyat dalam Kemasan Sederhana
Kesimpulannya, “Bang Bang Tut” adalah karya semiotik yang brilian. Melalui lagu ini, Slank berhasil menggabungkan dua elemen, diksi rakyat dan kontras yang cerdas.
Diksi Rakyat terlihat dari penggunaan bahasa permainan anak (“Bang Bang Tut”) dan peribahasa sehari-hari.
Kontras yang cerdas terlihat dari cara Slank mengemas isu-isu moral dan politik yang berat (korupsi, pengkhianatan) dalam balutan kata-kata yang terdengar ringan dan lucu.
Lagu ini membuktikan, kritik yang paling pedas dan paling mengena tidak harus disampaikan dengan bahasa yang rumit. Melainkan cukup dengan jujur, lugas, dan menggunakan kode-kode budaya yang sudah dikenal semua orang.
Itulah mengapa, hingga kini, “Bang Bang Tut” tetap relevan sebagai lagu tentang kejujuran dan keadilan yang tak pernah lekang oleh waktu.
Berikut ini lirik lagu Bang Bang Tut dari Slank :
Bang-Bang Tut
Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu
Ada yang ngoceh kosong aku terus melaju
Ada udang di balik-balik batu
Bikin hati senang padahal dia ada mau
Bang-bang tut akar gulang-galing
Siapa yang kentut ditembak raja maling
Musuh dalam selimut sama juga maling
Mulut bau kentut di belakang ngomong miring
Lempar-lempar batu lalu sembunyi tangan
Bikin orang bingung langsung buang badan
Sepandai tupai lompat akhirnya jatuh juga
Belagak jadi sahabat pasti ketahuan belangnya
Bang-bang tut akar gulang-galing
Siapa yang kentut ditembak raja maling
Musuh dalam selimut sama juga maling
Mulut bau kentut di belakang ngomong miring
Oh yeah
Ah uh
Yeah yeah yeah
Ah ah hm
Oh hm
Kentut
Yeah
Tut aw
Kentut woy siapa yang kentut nih
Bang-bang tut akar gulang-galing
Siapa yang kentut ditembak raja maling
Musuh dalam selimut sama juga maling
Mulut bau kentut di belakang ngomong miring
Bang-bang tut akar gulang-galing
Siapa yang kentut ditembak raja maling
Musuh dalam selimut sama juga maling
Mulut bau kentut di belakang ngomong miring
Bang-bang tut
 
		