Siswi Sekolah Rakyat Solo Kesurupan Massal, Bermula dari Cerita Penampakan

Kepala Sentra Terpadu Prof Dr Soeharso dan Kepala Sekolah SRMA 17 Solo menemui wali murid di depan gerbang, Sabtu malam (26/7).(Solokini/Damai Kuncro)
Kepala Sentra Terpadu Prof Dr Soeharso dan Kepala Sekolah SRMA 17 Solo menemui wali murid di depan gerbang, Sabtu malam (26/7).(Solokini/Damai Kuncro)

Sejumlah siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 17 Solo mengalami kejadian kesurupan massal pada Sabtu malam, 26 uli 2025. Insiden ini membuat para orang tua siswa berbondong-bondong mendatangi sekolah yang terletak di dalam kawasan Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso yang beralamat di Jalan Tentara Pelajar, Jebres, Solo.

Berdasarkan pantauan Solokini, puluhan wali murid mulai memadati area depan gerbang sekolah sejak pukul 21.00 WIB. Seperti diketahui para siswa SRMA 17 Solo itu tinggal di asrama di sekolah yang baru saja diresmikan Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi pada 14 Juli 2025 lalu. Mereka ramai-ramai mendatangi sekolah tersebut lantaran khawatir terkait kondisi putra-putrinya usai mendengar  terkait kesurupan massal.

Pengelola SRMA 17 Solo memberikan izin kepada orang tua untuk masuk ke dalam area kompleks guna melihat kondisi anak-anak mereka. Para siswa yang mengalami kesurupan, sebagian besar merupakan siswi Mereka dikumpulkan  di masjid yang berada dalam lingkungan sekolah untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Sejumlah pihak turut terlibat dalam penanganan insiden itu, termasuk tokoh agama, petugas medis, serta perwakilan dari instansi pemerintah. Kepala Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso, Nova Dwiyanto Suli, Kepala Sekolah SRMA 17 Septhina Shinta Sari, dan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sosial Kota Solo, Heri Mulyadi, hadir langsung di lokasi.

Nova menyampaikan penjelasan kepada para wali murid yang datang. “Di Sekolah Rakyat Menengah Atas 17 Kota Surakarta (Solo) memang ada anak-anak bapak ibu yang karena kelelahan, karena satu dan lain hal sehingga meluapkan ekspresinya, meluapkan emosinya. Dan ada beberapa siswa perempuan karena satu menangis, satu berteriak jadi ikut-ikutan, jadi tidak ada apa-apa, semua situasi sudah terkendali,” ungkap Nova.

Baca Juga :  Rating Puskesmas di Solo: Gajahan Terendah, Setabelan Tertinggi

Ia menambahkan, sejumlah unsur dari Pemerintah Kota Solo juga hadir untuk membantu mengendalikan keadaan dan menenangkan para siswa. Sekitar pukul 23.00 WIB, para siswi yang sebelumnya mengalami kesurupan telah berhasil ditenangkan dan kembali ke asrama masing-masing.

“Tadi dari Dinas Sosial Kota Surakarta, dari Babinsa, dari Bhabinkamtibmas yang ada di sini bersama-sama dengan kita, dari Satpol PP, bahkan dari Pak Sekda Kota Surakarta sendiri hadir di sini membantu dalam proses menenangkan anak-anak bapak ibu sekalian,” kata dia di depan orang tua siswa

“Saat anak-anak ini sudah masuk ke asrama. Yang putra dan putri sudah persiapan untuk istirahat karena waktu ini sudah jam 12.00  malam. Kiranya bapak ibu bisa istirahat di rumah,” sambungnya.

Salah orang tua siswa, Ranti, mengaku menerima telepon mendadak dari putrinya yang meminta agar ia segera datang ke sekolah. Ranti bersama suaminya langsung berangkat menuju lokasi sekolah untuk menemui anak mereka yang tinggal di asrama.

Baca Juga :  Rating Puskesmas di Solo: Gajahan Terendah, Setabelan Tertinggi

“Saya ditelepon anaknya, disuruh ke sini cepet karena baru saja ada kejadian. Terus kejadiannya apa, tidak ditunjukin. Ternyata setelah sampai sini diberitahu kalau kejadian kesurupan teman-temannya,” kata Ranti saat ditemui jelang tengah malam.

Putrinya sempat menangis ketakutan karena berada dalam satu kamar dengan siswi pertama yang mengalami kesurupan. “Dia (anaknya) nangis ketakutan, dia juga lihat kalau sekamarnya ada beberapa anak yang kesurupan gitu. Banyak yang kesurupan,” ungkap Ranti.

Sementara itu putrinya yang berinisial SL mengatakan bahwa siswa yang mengalami kesurupan hampir semuanya siswa perempuan yang tinggal satu asrama. Ia pun menyebutkan bahwa jumlahnya cukup banyak siswi yang kesurupan massal pada malam itu. “Banyak (yang kesurupan) tapi kebanyakan yang perempuan. Ya lebih dari lima. Saya takut, terus sempat pingsan juga tadi,” ujar dia.

SL mengungkapkan bahwa awal mula terjadinya kesurupan massal di sekolah berawal dari cerita seorang siswi yang beberapa hari sebelumnya mengaku melihat penampakan saat terbangun dari tidurnya. Selang beberapa hari kemudian siswi tersebut mengalami kesurupan ketika di asrama pada Sabtu malam.

“Awalnya itu ada yang lihat (penampakan) pas setengah tidur itu, terus kebangun kayak tindiyen gitu. Nah pas besoknya cerita. Selang beberapa hari kejadian kayak gini. Awalnya biasa saja, pas tadi abis Salat Maghrib nangis, terus dibawa ke UKS pingsan,” katanya.

Berita sebelumyaPulang Kampung, Lorca Berbagi Pengalaman Bisnis Interior di Indonesia dan Australia
Berita berikutnyaSolo Keroncong Festival 2025 Bertabur Bintang, Rayakan Warisan Musik Indonesia