
Solokini.com, Solo – Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah membawa batik karya difabel asal Boyolali ke Osaka, Jepang.
Area Manager Commrel & CSR Pertamina Jateng DIY, Taufiq Kurniawan menjelaskan, Pertamina Group memberangkatkan difabel program CSR Pertamina “Sriekandi Patra” ke pentas dunia.
“Keikutsertaan Sriekandi Patra dalam kegiatan World Osaka Expo merupakan inisiasi dari kami,” tuturnya melalui siaran pers, Jumat (4/7/2025).
“Srikandi Patra merupakan program CSR Terminal BBM Boyolali yang kita bina selama 2017-2022 dan sudah kami mandirikan,” terangnya.
“Namun kami tetap memberikan peluang kepada kelompok tersebut ,salah satunya dengan memberangkatkan ke pameran level internasional,” ujarnya.
“Harapannya nanti akan berkembang menemukan channel-nya sendiri bisa pameran di event-event multinasional lainnya,” ujar Taufiq Kurniawan.
Sri Sulastri adalah seorang pembatik tuna wicara dari Boyolali yang beruntung tampil di Paviliun Indonesia di ajang World Expo 2025 Osaka.
Dalam momen Cultural Performance, Sri Sulastri memegang canting di hadapan puluhan pengunjung asing—mayoritas warga Jepang.
Pengunjung mengamati dengan penuh minat, bahkan lima di antaranya ikut mencoba mengkuaskan canting.
Di tengah kemajuan teknologi dan kesibukan urban Osaka, aktivitas membatik seolah mengajak setiap orang kembali ke akar budaya.
Perjalanan Sri Sulastri tidaklah mudah untuk sampai di pentas dunia tidak mudah.
Bahkan, ia baru memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) di usia 41 tahun, hanya karena butuh untuk naik pesawat.
Meskipun tak pernah mengenyam pendidikan formal, semangat Sri Sulastri tak pernah padam.
Bergabung dengan kelompok Sriekandi Patra pada 2017 menjadi titik balik bagi Sri Sulastri untuk menguasai keterampilan membatik.
Ia memulai saat belum punya pekerjaan dan tak memiliki keterampilan. Di kelompok itu, ia menemukan bukan hanya teknik membatik, tetapi juga rasa percaya diri.
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah menginisiasi program Srikandi Patra bukan sebagai komunitas biasa.
Program pemberdayaan difabel ini terdiri atas tujuh penyandang disabilitas dengan latar belakang yang beragam, dari tuna daksa hingga tuna grahita.
Para anggota bersama tiga relawan pengurus, semuanya bersatu dalam semangat untuk berkarya.
Pemberdayaan yang dilakukan Pertamina sejalan dengan pelaksanaan SDGs (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) terutama poin 10.
Yaitu tentang pengurangan kesenjangan, menekankan pentingnya partisipasi penuh penyandang disabilitas dalam semua aspek pembangunan.
Mereka tidak hanya belajar membatik, tapi juga belajar membangun kelembagaan. Serta menjalin kemitraan dengan desainer muda, hingga menghadiri expo UMKM di berbagai kota di Indonesia.
Mereka bahkan menciptakan motif khas Kabupaten Boyolali, “Lembu Patra”, yang terinspirasi dari sapi sebagai simbol kemakmuran daerah mereka.
Motif itu telah diakui secara resmi oleh Kementerian Hukum dan HAM melalui sertifikat Hak Kekayaan Intelektual pada tahun 2019.
Dunia telah mengakui Sriekandi Patra melalui penghargaan internasional. Seperti The CSR Excellence Awards di London dan The Global CSR Awards untuk kategori program inklusif terbaik.
Sementara itu, Sri Sulastri mengaku takjub dengan kerapihan pelaksanaan World Expo 2025 Osaka di Jepang.
“Semuanya tertata, terorganisasi, sangat disiplin,” ungkapnya.
Partisipasi Sriekandi Patra di pentas dunia juga membawa keyakinan.
Apa yang selama ini mereka kerjakan di Boyolali mungkin tampak kecil dan sederhana. Namun ternyata mampu bersaing di panggung dunia.
Sri Sulastri dan pendampingnya ingin agar kisahnya menjadi penyemangat bagi difabel lain. Bahwa keterbatasan bukan akhir dari segalanya.
Membatik bukan hanya tentang corak dan warna. Tetapi tentang keberanian untuk membuktikan, siapa pun meski dengan segala keterbatasannya, berhak untuk berkarya, diakui, dan dihargai.