Solokini.com, Solo – Sebagian orang memilih tidur saat libur. Padahal banyak yang memanfaatkan hari libur untuk rekreasi.
Tahukah kamu mengapa? Berikut ini penjelasan para ahli.
Hari libur seringkali identik dengan waktu untuk berlibur, bersosialisasi, atau mengejar hobi. Namun, tidak sedikit orang yang justru memilih tidur sepanjang hari saat libur tiba.
Bagi sebagian orang, tidur di hari libur bukanlah bentuk kemalasan. Melainkan respons tubuh yang mencoba memulihkan diri dari kelelahan fisik dan mental.
Tidur sebagai Kompensasi Kelelahan
Menurut Dr. Michael Breus, seorang psikolog klinis dan pakar tidur, banyak orang mengalami “sleep debt” atau utang tidur selama hari kerja.
“Tubuh tidak memiliki cara lain untuk menagih utang tidur selain dengan membuat kita merasa sangat mengantuk di waktu luang,” ujarnya.
National Sleep Foundation (NSF) mengemukakan, rata-rata orang dewasa membutuhkan sekitar 7–9 jam tidur setiap malam.
Namun, survei NSF menunjukkan banyak orang hanya tidur 5–6 jam saat hari kerja. Maka dari itu, mereka mencoba ‘membayar’ kekurangan itu di akhir pekan atau hari libur.
Tidur Lebih Lama, Baik atau Buruk?
Tidur lebih lama di hari libur dapat bermanfaat dalam jangka pendek, terutama untuk pemulihan tubuh dan kestabilan emosi.
Demikian pernyataan peneliti tidur dari Harvard Medical School Dr. Rebecca Robbins.
“Tidur ekstra di akhir pekan dapat memperbaiki suasana hati, meningkatkan fungsi otak, dan menurunkan kadar kortisol (hormon stres),” jelasnya.
Namun, tidur berlebihan juga bisa menimbulkan efek negatif jika berlangsung terus-menerus.
Studi dari Journal of Clinical Sleep Medicine menemukan kaitan antara kelamaan tidur dengan risiko penyakit.
Tidur lebih dari 9–10 jam per hari secara konsisten justru berkaitan dengan peningkatan risiko masalah kesehatan. Seperti diabetes tipe 2, sakit jantung, dan gangguan mood.
Faktor Psikologis di Balik Tidur Liburan
Mengutip, Psychology Today, tidak hanya kelelahan fisik, faktor emosional juga memengaruhi seseorang untuk lebih banyak tidur saat libur.
Seorang psikolog klinis sekaligus spesialis gangguan tidur, Dr. Shelby Harris, mengatakan, beberapa orang menggunakan tidur sebagai bentuk pelarian dari stres atau tekanan psikologis.
“Bagi sebagian individu, tidur menjadi cara untuk menghindari kekosongan emosional atau perasaan cemas yang tak terselesaikan,” urainya.
Kesimpulan
Memilih tidur saat libur bukanlah hal yang salah, selama dilakukan dengan sadar dan tidak berlebihan.
Tidur memang penting bagi pemulihan tubuh. Namun penting juga untuk menyeimbangkan dengan aktivitas yang menyegarkan pikiran dan memperkuat hubungan sosial.
Jika rasa lelah terus-menerus dan keinginan tidur berlebihan berlanjut, bisa jadi itu merupakan tanda gangguan tidur. Atau bahkan tanda stres kronis yang perlu mendapatkan penanganan oleh profesional.