Menyelami Kritik Pedas Slank, Analisis Semiotika di Balik Lagu Tong Kosong

Ilustrasi lagu Tong Kosong dari band Slank. (Youtube Musik Slank.

Solokini.com – Lagu “Tong Kosong” dari grup musik legendaris Slank telah menjadi salah satu anthem kritik sosial paling ikonik yang dirilis pada 1997 dalam album yang bertajuk “Lagi Sedih.”

Dengan lirik yang blak-blakan dan irama rock n’ roll khas, lagu ini tidak hanya enak didengar. Tetapi juga membawa muatan makna mendalam yang bisa dibedah melalui kacamata semiotika, ilmu tentang tanda dan makna.

Lagu ini merupakan sindiran tajam Slank, yang selalu dikenal konsisten menyuarakan isu-isu kerakyatan dan kritik terhadap kemunafikan sosial.

Tong Kosong: Metafora Klasik yang Tajam

Inti dari lagu “Tong Kosong” terletak pada pemanfaatan peribahasa klasik Indonesia, yakni “Tong kosong nyaring bunyinya.”

Dalam kerangka semiotika, peribahasa ini berfungsi sebagai Penanda (Signifier) yang sangat kuat dan langsung, merujuk pada Petanda (Signified).

Yaitu, individu atau kelompok yang banyak bicara, sombong, atau lantang bersuara, namun minim substansi, ilmu, atau prestasi nyata.

Penggunaan peribahasa sebagai judul dan lirik utama menunjukkan kecerdasan Slank dalam mengemas kritik pedas menjadi bahasa yang akrab dan mudah dipahami oleh masyarakat luas, khususnya Slanker, penggemarnya.

Bedah Tanda dan Konotasi dalam Lirik

Slank tidak hanya mengandalkan peribahasa, tetapi menjabarkan maknanya melalui serangkaian frasa denotatif dan konotatif yang lugas. Berikut ini analisis semiotika sebagian lirik lagu Tong Kosong Slank :

Lirik (Penanda) : “Sedikit ngerti ngaku udah paham.”
Makna Denotatif (Harfiah) : Pura-pura berilmu.
Makna Konotatif (Kritik/Implisit) : Sindiran terhadap intelektualisme palsu atau kepalsuan di ruang publik.

Baca Juga :  Tak Sekadar Lagu Mainan, Ada Kritik Pedas di Balik Lirik 'Bang Bang Tut' Slank

Lirik (Penanda) : “Otak masih kaya’ TK, Kok ngakunya Sarjana.”
Makna Denotatif (Harfiah) : Kecerdasan rendah tapi gelar tinggi.
Makna Konotatif (Kritik/Implisit) : Mencerminkan kesenjangan antara kompetensi dan pengakuan/status sosial yang didapat secara instan.

Lirik (Penanda) : “Ngomong-ngomongin orang, Kaya udah jagoan.”
Makna Denotatif (Harfiah) : Suka bergosip dan mengomentari orang lain.
Makna Konotatif (Kritik/Implisit) : Kritik terhadap budaya menghakimi dan menyindir orang lain tanpa bercermin pada diri sendiri.

Lirik (Penanda) : “Otak udang ngomongnya sembarang.”
Makna Denotatif (Harfiah) : Orang bodoh yang bicara sembarangan.
Makna Konotatif (Kritik/Implisit) : Simbol (Lambang) untuk menunjukkan kebodohan atau kedangkalan berpikir yang menjadi sumber dari semua omong kosong tersebut.

Pesan Toleransi dan Aksi Nyata

Meskipun berisi kritik, lagu ini tidak hanya menyalahkan. Di pertengahan lirik, Slank menyisipkan pesan tentang kebebasan berekspresi dan toleransi, sekaligus ajakan untuk memilah informasi.

Lirik “Hak manusia ingin bicara… Kalau sumbang janganlah didengarkan.” Ini adalah pembelaan terhadap kebebasan berekspresi, sekaligus hak pendengar untuk mengabaikan hal-hal yang tidak bermutu.

“Tong-tong kosong mending pada diam, Biar dunia tentukan pilihan, Yang mana yang benar, Yang mana yang baik.”

Bagian ini adalah puncak dari kritik sosial Slank. Mereka menyarankan, solusi terbaik untuk mengatasi omong kosong adalah dengan diam dan membiarkan aksi nyata atau substansi yang berbicara.

Band yang dibentuk pada 26 Desember 1983 tersebut ingin mengajak masyarakat untuk lebih fokus pada kebenaran dan kebaikan, daripada tenggelam dalam kebisingan retorika tanpa isi.

Baca Juga :  Makna Lagu "Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan" oleh Bernadya

Secara semiotika, “Tong Kosong” adalah representasi dari idealisme Slank yang menolak kemunafikan dan mengajak pendengarnya untuk menjadi pribadi yang berbobot, di mana integritas dan karya lebih dihargai daripada sekadar volume suara.

Hingga kini, lagu Tong Kosong dari band Slank ini tetap menjadi cerminan bahwa kritik sosial yang dikemas dengan jujur dan lugas akan abadi.

Berikut ini lirik lagu Tong Kosong Slank :

“Tong Kosong”

Sedikit ngerti ngaku udah paham
Kerja sedikit maunya kelihatan
Otak masih kaya TK
Kok ngakunya sarjana
Ngomong-ngomongin orang
Kaya udah jagoan

Tonk kosong nyaring bunyinya
Klentang-klentong kosong banyak bicara
Oceh sana-sini nggak ada isi
Otak udang ngomongnya sembarang ah

Hak manusia ingin bicara
Hak manusia ingin bernyanyi
Kalau sumbang janganlah didengarkan
Kalau merdu ikutlah bernyanyi

Jangan ngelarang-larang
Jangan banyak komentar
Apalagi menghina

Tonk kosong nyaring bunyinya
Klentang-klentong kosong banyak bicara
Oceh sana-sini nggak ada isi
Otak udang ngomongnya sembarang ah

Terserah mereka kalian atau saya
Asal nggak melanggar hukum
Biarkan saja
Tonk tonk kosong mending pada diam
Biar dunia tentukan pilihan

Yang mana yang benar
Yang mana yang baik
Dari pada elo jadi

Tonk kosong nyaring bunyinya
Klentang-klentong kosong banyak bicara
Oceh sana-sini nggak ada isi
Otak udang ngomongnya sembarang ah

Tonk kosong nyaring bunyinya
Klentang-klentong kosong banyak bicara
Oceh sana-sini nggak ada isi
Otak udang ngomongnya sembarang ah
Ah ah

Berita sebelumyaRakornas KONI Kota 2025 di Solo, Perkuat Semangat Olahraga Nasional
Berita berikutnyaJurus Ampuh Komunitas Tenka, Gerakkan “Wibunomics” di Tengah Kelesuan Ekonomi