
Solokini.com, Banyumas – Suasana khidmat bercampur semangat gotong royong menyelimuti Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Rabu (15/10/2025).
Ratusan pengurus Tani Merdeka Indonesia (TMI) Wilayah Khusus Komunitas Adat Bonokeling resmi dilantik. Acara ini bukan sekadar seremoni biasa, tapi jadi penegasan bahwa kedaulatan pangan itu berawal dari tradisi lokal.
Acara pelantikan ini dihadiri langsung oleh Ketua Umum TMI, Don Muzakir. Menariknya, prosesi pelantikan dilakukan mengikuti tata cara adat Bonokeling yang kental dengan nilai-nilai luhur.
Total ada 100 lebih pengurus yang dilantik dan menerima Surat Keputusan dari TMI Pusat. SK itu diserahkan oleh Don Muzakir kepada Aris Munandar, Ketua TMI Wilayah Khusus Komunitas Adat Bonokeling yang baru.
Dalam sambutannya, Don Muzakir mengungkapkan bahwa pembentukan TMI khusus adat ini mendapat persetujuan dan arahan langsung dari Ketua Dewan Pembina TMI Pusat, Sudaryono, yang juga menjabat sebagai Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) periode 2024–2029.
“Bertani di Indonesia itu sudah mendarah daging dengan adat. Oleh karena itu, masyarakat adat yang teguh memegang tradisi, seperti Bonokeling, sudah selayaknya mendapat tempat istimewa di organisasi ini,” tegas Don Muzakir.
Ia juga memuji Komunitas Adat Bonokeling sebagai bukti nyata ketahanan sosial dan budaya bangsa yang sudah hidup rukun dan saling menghidupi selama ratusan tahun.
Sebelum pelantikan, Don Muzakir disambut hangat oleh sesepuh adat di Rumah Adat Bedogol, bahkan disematkan iket kepala sebagai tanda diterima sebagai keluarga besar Bonokeling.
Puncaknya, rombongan berjalan kaki menuju lumbung padi utama dan membuka gudang secara simbolis. Melihat kondisi lumbung padi yang mulai rapuh, Don Muzakir secara spontan berjanji akan membantu perbaikannya.
“Lumbung padi ini adalah contoh nyata Bank Rakyat. Masyarakat bisa saling tolong di masa paceklik. Dengan lumbung padi, rakyat tidak akan pernah kelaparan!” tegas Don Muzakir.
Ketua TMI Bonokeling, Aris Munandar, menjelaskan bahwa lumbung padi adalah warisan budaya yang sangat vital.
“Di Pekuncen ada 23 lumbung padi yang dikelola secara gotong royong. Warga bisa pinjam gabah saat paceklik dan mengembalikannya setelah panen. Ini bukan cuma mekanisme ekonomi, tapi cara kami menjaga solidaritas,” tuturnya.
Ia menambahkan, semangat lumbung padi mencerminkan filosofi Bonokeling, urip iku urup, yang artinya hidup itu harus memberi manfaat bagi sesama.
Tradisi ini dinilai para peneliti dari Universitas Jenderal Soedirman sebagai model efektif untuk mencegah krisis pangan dari basis lokal.
Pelantikan ini ditutup dengan acara selametan yang dihadiri oleh 4 bedogol dan 1 juru kunci, mendoakan agar TMI Bonokeling selalu diberkahi oleh leluhur.
Dengan lumbung padi sebagai simbolnya, semangat kemandirian dan kebersamaan di tanah Bonokeling terus tumbuh, menjadi teladan bagi seluruh Indonesia.














