Solokini.com, Solo – Solo Raya Great Sale (SGS) 2025 mencatat transaksi tembus Rp 9,57 triliun, menjadi bukti lebih dari sekadar festival diskon.
SGS 2025 menjelma menjadi momentum kebangkitan kesadaran bersama untuk bergerak serempak membangun kekuatan ekonomi kawasan.
Memasuki hari ke-24 pelaksanaan, total transaksi telah menembus angka Rp 9,57 triliun dengan 225.185 transaksi.
Ketua Kadin Solo, Ferry Septha Indrianto menyampaikan, sinergi kawasan bukan lagi sebatas konsep, tetapi telah menjelma menjadi fondasi nyata pertumbuhan bersama.
Namun, yang paling penting dari penyelenggaraan SGS 2025 bukan hanya angka. Tetapi terbentuknya kesadaran bersama bahwa aglomerasi Soloraya bukan lagi sekadar wacana.
“Solo Raya Great Sale bukan sekadar agenda belanja tahunan. Tahun ini menjadi tonggak penting bagi terbentuknya kesadaran kawasan untuk maju bersama,” tutur Ferry, Sabtu (26/7/2025).
“Kadin dari tujuh kabupaten/kota di Solo Raya aktif bergerak, para kepala daerah memberikan dukungan, pelaku usaha membuka partisipasi, dan masyarakat merespons dengan antusiasme,” urainya.
“Ini cermin kesadaran baru untuk tumbuh bersama,” tandas Ferry S.Indrianto.
Tiga wilayah mencatat kontribusi ekonomi tertinggi, yakni Karanganyar, Surakarta (Solo), dan Sragen. Tidak hanya di sektor belanja, tetapi juga dalam geliat pariwisata dan peluang investasi.
Mall dan pusat perbelanjaan, UMKM, transportasi, wisata, bahkan sektor teknologi dan keuangan, semuanya bergerak dalam satu orkestrasi.
Namun angka-angka ini bukan tujuan akhir, melainkan akibat dari skala kawasan yang mulai terbentuk.
Sinergi multipihak menjadi penggerak utama.
PLN meluncurkan Power Deals dan PT KAI memberi potongan harga tiket. Bank Indonesia mendorong transaksi digital via QRIS. Bank Jateng membuka akses pembiayaan. Sedangkan Grab mendukung mobilitas masyarakat.
Semua bergerak dalam satu frekuensi.
Lebih dari itu, semangat aglomerasi juga terlihat dari hidupnya agenda bersama di
berbagai daerah selama masa liburan.
Di Surakarta, agenda seperti Solo Batik Carnival, Wayang Bocah, hingga Solo Art Movement menyatukan seni, budaya, dan belanja dalam satu paket pengalaman.
Sukoharjo menghadirkan Creative Expo dan Run Tourism. Sementara Klaten menyemarakkan kawasan lewat Lurik Carnival, Job Fair, dan Gelar Produk se-Soloraya.
Semua bukan hanya tentang hiburan, tetapi tentang membuka ruang interaksi ekonomi antar wilayah.
Dengan delapan hari tersisa, SGS 2025 masih terus berproses. Bukan hanya dari sisi transaksi. Tetapi juga dalam memperkuat kesadaran lintas wilayah dan memperluas ruang gerak ekonomi dari konsumsi menuju kolaborasi kawasan yang lebih matang.
SGS menjadi bukti, ketika seluruh elemen daerah bergerak bersama, pertumbuhan tak lagi eksklusif, tetapi inklusif dan berkelanjutan.