
Solokini.com, Solo – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terus mendorong peningkatan literasi keuangan di kalangan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Dengan menggelar acara Cerdas Finansial di Era Digital di The Sunan Hotel Surakarta (Solo), Kamis (26/6/2025).
Sekretaris Lembaga LPS, Jimmy Ardianto menilai, langkah ini penting untuk memperkuat fondasi keuangan UMKM. Agar mampu menghadapi berbagai risiko serta membuat keputusan keuangan yang lebih bijak.
Dalam paparannya, Jimmy Ardianto menekankan literasi keuangan yang memadai dapat membantu pelaku usaha memahami risiko seperti likuiditas, kredit, hingga operasional.
“Bagi pelaku UMKM, literasi keuangan yang baik akan sangat berguna untuk menyusun laporan keuangan sederhana. Mengevaluasi kelayakan usaha, serta mengelola arus kas dengan lebih baik,” terang Jimmy Ardianto.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya menyiapkan buffer atau cadangan dana sebagai langkah mitigasi risiko keuangan.
Menurut Jimmy Ardianto, pelaku usaha sebaiknya rutin menyisihkan 5 hingga 10 persen dari laba bersih. Untuk disimpan di rekening terpisah yang tidak digunakan untuk operasional harian.
“Idealnya, simpanan cadangan ditempatkan di instrumen keuangan yang aman dan likuid seperti tabungan bisnis atau deposito jangka pendek,” tegasnya.
“Hal ini bertujuan agar dana tersebut mudah diakses saat diperlukan namun tetap terjaga dari penggunaan impulsif,” lanjut Jimmy Ardianto.
Dalam kesempatan tersebut, Jimmy Ardianto juga memperkenalkan konsep bank digital kepada para pelaku UMKM sebagai alternatif layanan keuangan modern.
Menurutnya, bank digital yang terdaftar sebagai peserta penjaminan LPS memiliki jaminan simpanan yang sama seperti bank konvensional.
“Salah satu yang perlu diperhatikan adalah Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) LPS,” ungkap Jimmy Ardianto.
“Simpanan akan dijamin apabila tidak melebihi TBP yang berlaku. Yakni 4 persen untuk bank umum, 6,5 persen untuk BPR, dan 2,25 persen untuk simpanan dalam valuta asing,” jelasnya.
Jimmy Ardianto juga mengingatkan, tidak sedikit UMKM gagal bukan karena kekurangan pasar atau produk, tetapi karena lemahnya pengelolaan keuangan. Di sini, kedisiplinan finansial menjadi kunci penting dalam mempertahankan dan mengembangkan usaha.
“Risiko terbesar justru sering datang dari dalam,” tandas Jimmy Ardianto.
“Dengan pencatatan yang rapi, dana cadangan yang terencana, serta pemahaman risiko usaha, pelaku UMKM akan lebih siap menghadapi tantangan dan menjaga keberlangsungan usahanya,” urainya.
Kata Jimmy Ardianto, LPS memang bukan lembaga yang mengatur atau mengawasi langsung UMKM. Namun, LPS berkomitmen menjalankan peran edukatif melalui berbagai kegiatan sosialisasi dan literasi keuangan kepada masyarakat.
Kegiatan literasi keuangan semacam ini menjadi salah satu bentuk nyata kontribusi LPS dalam menjaga stabilitas sistem keuangan nasional. Melalui pemberdayaan masyarakat, khususnya UMKM, agar tumbuh lebih sehat dan berkelanjutan.
“Melalui forum-forum edukasi seperti ini, kami ingin membangun kesadaran tentang pentingnya menabung di bank, memahami fungsi penjaminan simpanan, serta menjauhi praktik keuangan yang berisiko,” papar Jimmy Ardianto.